Siapa itu Jerome Powell, Raja Pasar, Ketua Federal Reserve (Fed)

Biografi Jerome Hayden Powell

Jerome Hayden Powell, lahir pada 4 Februari 1953 di Washington, D.C., adalah ekonom dan bankir Amerika Serikat yang menjabat sebagai Ketua Federal Reserve (Fed) sejak 5 Februari 2018. 

Powell adalah Ketua Fed ke-16 dan dikenal karena perannya dalam mengelola kebijakan moneter AS di tengah tantangan ekonomi global, termasuk pandemi COVID-19, inflasi pasca-pandemi, dan ketegangan geopolitik.

Jerome Powell, Ketua Federal Reserve (Fed)
Jerome Powell, Ketua Federal Reserve (Fed)

Latar Belakang dan Pendidikan

Powell berasal dari keluarga terpelajar di Washington, D.C. Ayahnya, Jerome Powell Sr., adalah seorang pengacara dan ibunya, Patricia Hayden, memiliki latar belakang akademis. 

Powell adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ia menempuh pendidikan di Georgetown Preparatory School, sebuah sekolah Jesuit bergengsi, sebelum melanjutkan studi sarjana di Princeton University. Pada 1975, ia meraih gelar A.B. dalam bidang politik dengan tesis tentang dampak politik pemilu Afrika Selatan. 

Powell kemudian melanjutkan pendidikan hukum di Georgetown University Law Center, di mana ia memperoleh gelar Juris Doctor (J.D.) pada 1979. Selama masa studinya di Georgetown, ia juga menjadi editor Georgetown Law Journal, menunjukkan kemampuan analitisnya yang kuat.

Karier Awal

Setelah lulus, Powell memulai karier sebagai pengacara. Ia bekerja sebagai pegawai hukum (law clerk) untuk Hakim Richard J. Cardamone di Pengadilan Banding Amerika Serikat untuk Sirkuit Kedua di New York pada 1979-1980.

Kemudian, ia bergabung dengan firma hukum Davis Polk & Wardwell di New York, di mana ia bekerja hingga 1984, fokus pada litigasi dan hukum perusahaan.

Namun, minat Powell beralih ke dunia keuangan. Pada 1984, ia bergabung dengan bank investasi Dillon, Read & Co., di mana ia bekerja hingga 1990.

Di sini, ia terlibat dalam berbagai transaksi keuangan, termasuk merger dan akuisisi, serta mendapatkan pengalaman mendalam di bidang perbankan investasi. 

Jerome Powell naik pangkat menjadi wakil presiden senior dan bekerja langsung dengan Nicholas F. Brady, yang kemudian menjadi Menteri Keuangan AS.

Karier di Pemerintahan

Pada 1990, ketika Brady menjadi Menteri Keuangan di bawah Presiden George H.W. Bush, Powell diundang untuk bergabung dengan Departemen Keuangan AS. 

Jerome Powell menjabat sebagai Asisten Menteri Keuangan untuk Pembiayaan Domestik (1990-1992) dan kemudian sebagai Wakil Menteri Keuangan (1992-1993). 

Dalam peran ini, Powell mengawasi kebijakan pembiayaan domestik dan terlibat dalam pengelolaan utang federal AS, serta berperan dalam penyelesaian krisis keuangan seperti kebangkrutan Bank of New England pada 1991.

Setelah meninggalkan pemerintahan pada 1993, Powell kembali ke sektor swasta. Jerome Powell bergabung dengan Bankers Trust hingga 1995, kemudian pindah ke Carlyle Group (1997-2005), sebuah perusahaan ekuitas swasta terkemuka. 

Di Carlyle, Powell mendirikan dan memimpin Carlyle Industrial Partners Fund, yang berfokus pada investasi di sektor industri. Ia juga sempat menjadi partner di Carlyle, menunjukkan kemampuan kepemimpinannya dalam mengelola investasi bernilai miliaran dolar.

Kembali ke Sektor Publik dan Federal Reserve

Pada 2010, Powell mulai terlibat dalam kebijakan publik lagi sebagai visiting scholar di Bipartisan Policy Center di Washington, D.C., di mana ia fokus pada isu plafon utang federal hingga 2012. Pengalaman ini membawanya ke peran yang lebih besar di Federal Reserve.

Pada 25 Mei 2012, Presiden Barack Obama menominasikan Powell sebagai anggota Dewan Gubernur Federal Reserve. 

Jerome Powell dilantik pada hari yang sama untuk masa jabatan yang berakhir pada 31 Januari 2028. Sebagai gubernur, Powell dikenal karena pendekatan pragmatisnya terhadap kebijakan moneter, sering kali menekankan pentingnya data dalam pengambilan keputusan. 

Jerome Powell juga memimpin Subkomite Fed untuk Sistem Pembayaran, Kliring, dan Penyelesaian, di mana ia memperjuangkan modernisasi sistem pembayaran AS.

Pada 2 November 2017, Presiden Donald Trump menominasikan Powell sebagai Ketua Federal Reserve, menggantikan Janet Yellen. Powell dilantik sebagai Ketua pada 5 Februari 2018. 

Nominasi ini awalnya mengejutkan beberapa pihak karena Powell bukan ekonom dengan gelar Ph.D., tidak seperti pendahulunya, melainkan seorang pengacara dengan pengalaman luas di keuangan dan pemerintahan. 

Namun, latar belakangnya dianggap sebagai kekuatan, memberikan perspektif praktis dalam pengelolaan kebijakan moneter.

Kepemimpinan sebagai Ketua Federal Reserve

Sebagai Ketua Fed, Powell menghadapi sejumlah tantangan besar:

Kebijakan Suku Bunga dan Normalisasi (2018-2019): Powell awalnya melanjutkan kebijakan pendahulunya dengan menaikkan suku bunga untuk mencegah overheating ekonomi AS. 

Namun, kenaikan suku bunga pada 2018 memicu volatilitas pasar, dan Powell dikritik oleh Presiden Trump, yang secara terbuka menentang kebijakan tersebut. 

Pada 2019, Fed terpaksa menurunkan suku bunga tiga kali untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan global.

Pandemi COVID-19 (2020-2021): Powell memimpin Fed melalui krisis ekonomi terburuk sejak Depresi Besar. Pada Maret 2020, Fed memangkas suku bunga menjadi mendekati nol dan meluncurkan program pembelian aset (quantitative easing) senilai triliunan dolar untuk menstabilkan pasar keuangan. 

Powell juga memperkenalkan fasilitas pinjaman darurat untuk mendukung bisnis kecil dan pemerintah daerah. Kepemimpinannya selama periode ini dipuji karena kecepatan dan skala respons Fed, yang membantu mencegah resesi yang lebih dalam.

Inflasi Pasca-Pandemi (2021-2023): Setelah pandemi, inflasi melonjak akibat gangguan rantai pasok, stimulus fiskal besar-besaran, dan kenaikan harga energi. 

Awalnya, Powell menyebut inflasi sebagai "transitory" (sementara), tetapi pada 2022, Fed mulai menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi, yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun (9,1% pada Juni 2022). 

Powell memperkenalkan pendekatan "higher for longer" untuk suku bunga, yang memicu volatilitas di pasar saham, Forex, dan kripto.

Tantangan Geopolitik dan Ekonomi (2023-2025): Powell menghadapi dampak perang Rusia-Ukraina, ketegangan perdagangan AS-China, dan kebijakan tarif di bawah administrasi Trump (tarif 245% terhadap China pada 2025). 

Pada Februari 2025, Powell menegaskan pendekatan "wait-and-see" terhadap inflasi dan suku bunga, menunjukkan kehati-hatian di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pidatonya pada 16 April 2025, yang membahas inflasi dan prospek pasar, diantisipasi memicu volatilitas besar di pasar keuangan.

Kehidupan Pribadi

Powell menikah dengan Elissa Leonard, seorang produser film dokumenter, pada 1985. Mereka memiliki tiga anak dan tinggal di Chevy Chase, Maryland. 

Powell dikenal sebagai pribadi yang sederhana meskipun memiliki kekayaan bersih yang signifikan, diperkirakan sekitar $50 juta pada 2023, sebagian besar dari kariernya di sektor swasta. Ia adalah seorang Republikan terdaftar, tetapi dikenal karena pendekatan bipartisan dalam kebijakan publik.

Gaya Kepemimpinan dan Kritik

Powell dikenal sebagai pemimpin yang pragmatis dan berbasis data, sering kali menghindari dogmatisme ekonomi. 

Jerome Powell kerap menekankan pentingnya komunikasi yang jelas dengan pasar, meskipun beberapa pidatonya, seperti di Jackson Hole pada 2022, memicu volatilitas karena nada hawkish yang tak terduga. Kritik terhadap Powell sering berfokus pada keterlambatan Fed dalam menangani inflasi pada 2021-2022, serta ketegangannya dengan Presiden Trump, yang pernah menyebutnya sebagai "musuh" karena kebijakan suku bunga.

Pengaruh dan Warisan

Powell telah menjadi salah satu Ketua Fed yang paling berpengaruh dalam sejarah modern, terutama karena perannya dalam menavigasi krisis COVID-19 dan inflasi pasca-pandemi. 

Pendekatannya yang fleksibel terhadap kebijakan moneter, seperti pengenalan "average inflation targeting" pada 2020, telah mengubah cara Fed mengelola inflasi dan pertumbuhan. 

Namun, tantangan seperti ketidakpastian geopolitik dan tekanan politik terus menguji kepemimpinannya.

Jerome Hayden Powell dan Cryptocurrency

Jerome Hayden Powell, sebagai Ketua Federal Reserve (Fed) sejak Februari 2018, memiliki hubungan yang kompleks dengan cryptocurrency, yang sebagian besar mencerminkan peran Fed sebagai pengatur kebijakan moneter dan pengawas stabilitas keuangan. 

Pendekatan Powell terhadap cryptocurrency ditandai dengan sikap hati-hati, skeptis terhadap peran crypto sebagai alat pembayaran, namun tetap terbuka terhadap inovasi teknologi di baliknya, seperti potensi Central Bank Digital Currency (CBDC). 

Berikut adalah analisis mendalam hubungannya dengan cryptocurrency:

Pandangan Powell terhadap Cryptocurrency

Skeptisisme terhadap Crypto sebagai Alat Pembayaran:

Powell secara konsisten menyatakan bahwa cryptocurrency seperti Bitcoin lebih merupakan aset spekulatif daripada alat pembayaran yang sah.

Pada Maret 2021, ia menyebut Bitcoin sebagai "substitute for gold, rather than for the dollar" dan "not really useful as a store of value" karena volatilitasnya yang tinggi. 

Pernyataan ini mencerminkan pandangannya bahwa crypto belum memenuhi fungsi utama uang, seperti stabilitas nilai dan penerimaan luas sebagai alat transaksi.

Pada Juli 2021, Powell menegaskan bahwa crypto tidak akan menjadi alat pembayaran utama di AS, tetapi ia mengakui bahwa stablecoin (cryptocurrency yang dipatok ke aset seperti dolar AS) berpotensi memiliki peran lebih besar jika diatur dengan baik.

Fokus pada Risiko dan Regulasi:

Powell sering menyoroti risiko yang terkait dengan cryptocurrency, termasuk volatilitas harga, potensi penipuan, pencucian uang, dan dampaknya terhadap stabilitas keuangan. 

Pada Maret 2023, dalam sidang di Senat AS, ia menyatakan bahwa blockchain publik tanpa izin (permissionless) rentan terhadap penipuan dan pencucian uang, sehingga memerlukan kerangka regulasi yang lebih kuat.

Ia juga menekankan pentingnya melindungi sektor perbankan dari risiko crypto. Pada Desember 2024, Powell mengatakan bahwa Fed tidak mengatur crypto secara langsung, tetapi fokus pada bagaimana interaksi antara crypto dan bank dapat memengaruhi kesehatan sektor perbankan. 

"We would want the interaction between the crypto business and the banks ... not to threaten the health and well-being of the banks," ujarnya.

Dampak Kebijakan Moneter Powell terhadap Pasar Crypto:

Kebijakan moneter Fed di bawah Powell, terutama selama pandemi COVID-19, memiliki dampak signifikan pada pasar crypto. 

Pada Desember 2020, kebijakan moneter yang sangat longgar (dengan suku bunga mendekati nol dan quantitative easing besar-besaran) menciptakan kondisi yang disebut sebagai "the loosest in the history of the Goldman Sachs US Financial Conditions Index (GSFCI)." Hal ini memicu gelembung aset di berbagai kelas aset, termasuk cryptocurrency, dengan Bitcoin melonjak tajam pada 2020. 

Powell bahkan dinobatkan sebagai Forbes Person of the Year in Crypto 2020 karena perannya dalam mendorong "froth in financial markets."

Namun, pidato hawkish Powell, seperti pada Agustus 2022 di Jackson Hole, sering kali memicu penurunan pasar crypto. 

Saat itu, Bitcoin turun dari $22.000 ke di bawah $20.000 setelah Powell mengisyaratkan kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Meski demikian, altcoin seperti MATIC, BNB, dan XRP terkena dampak lebih kecil, menunjukkan bahwa pasar crypto mulai menunjukkan ketahanan terhadap pernyataan Fed.

Posisi Powell terhadap Strategic Bitcoin Reserve

Pada Desember 2024, Powell dengan tegas menolak keterlibatan Fed dalam rencana pemerintah AS untuk menimbun Bitcoin sebagai cadangan strategis, sebuah ide yang didukung oleh Presiden terpilih Donald Trump. 

Powell menyatakan, "We’re not allowed to own Bitcoin," sesuai dengan Federal Reserve Act, dan menegaskan bahwa Fed tidak mencari perubahan hukum untuk mengizinkan kepemilikan Bitcoin. 

Pernyataan ini menyebabkan penurunan harga Bitcoin sebesar 5,9% menjadi $100.605, setelah sebelumnya mencapai rekor $108.000 pada 18 Desember 2024.

Powell juga menyatakan bahwa Bitcoin bersaing dengan emas, bukan dolar AS, sebuah pandangan yang disambut positif oleh sebagian pelaku pasar crypto, seperti yang tercermin dalam unggahan di X yang menyebutkan,"Jerome Powell (Fed) bilang Bitcoin lawannya emas bukan dollar. Bitcoin seperti emas tapi digital."

Pendekatan terhadap Central Bank Digital Currency (CBDC)

Eksplorasi CBDC sebagai Alternatif Crypto:

Powell melihat CBDC sebagai potensi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada cryptocurrency swasta seperti stablecoin. Pada Juli 2021, ia menyatakan bahwa CBDC dapat menghilangkan kebutuhan akan stablecoin dan cryptocurrency lainnya, dengan argumen, "You wouldn’t need stablecoins, you wouldn’t need cryptocurrencies if you had a digital U.S. currency."

Fed, di bawah Powell, mulai mengeksplorasi CBDC dengan fokus pada apakah CBDC dapat melengkapi sistem pembayaran domestik yang sudah ada, bukan menggantikan uang tunai atau sistem swasta.

Pada Mei 2021, Powell mengumumkan rencana Fed untuk menerbitkan makalah diskusi tentang CBDC, bekerja sama dengan Federal Reserve Bank of Boston dan Bank for International Settlements (BIS). 

Fokusnya adalah memahami manfaat dan risiko CBDC, termasuk potensi untuk meningkatkan efisiensi pembayaran lintas batas.

Pendekatan Hati-Hati terhadap CBDC:

Powell menegaskan bahwa Fed tidak akan meluncurkan CBDC tanpa persetujuan Kongres dan dukungan publik. Pada Maret 2021, ia berkata, "We would not proceed with this without support from Congress." Ia juga menekankan pentingnya "getting it right" daripada terburu-buru, mengingat dolar AS adalah mata uang cadangan dunia.

Pada Maret 2024, Powell menegaskan bahwa CBDC tidak akan dirancang untuk memata-matai transaksi pengguna, berbeda dengan pendekatan China. 

"That’s just something we would not stand for or do or propose here in the United States," ujarnya dalam sidang di Senat.

Dampak Pidato Powell terhadap Pasar Crypto

Pidato Powell sering kali memengaruhi pasar crypto, meskipun dampaknya bervariasi. Pada Februari 2020, pernyataannya tentang potensi mata uang digital yang "systemically important" mendorong kenaikan harga Bitcoin. 

Sebaliknya, pidato hawkish pada Agustus 2022 menyebabkan koreksi pasar, meskipun altcoin menunjukkan ketahanan relatif.

Pada 16 April 2025, pidato Powell yang dijadwalkan pukul 22:30 WIB (11:30 ET) tentang inflasi dan prospek pasar diperkirakan akan memicu volatilitas besar di pasar crypto. Jika Powell mengambil nada hawkish (mendukung suku bunga tinggi), 

Bitcoin bisa terkoreksi dari level saat ini (sekitar $100.000 berdasarkan tren 2025) ke $90.000 atau lebih rendah. Sebaliknya, nada dovish dapat mendorong Bitcoin menuju $105.000.

Analisis Kritis

Sikap Ambivalen: Meskipun Powell skeptis terhadap crypto, ia tidak sepenuhnya menolak inovasi di baliknya. Pendekatannya terhadap CBDC menunjukkan bahwa Fed, di bawah kepemimpinannya, berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi keuangan, tetapi dengan prioritas utama menjaga stabilitas sistem keuangan tradisional.

Pengaruh Politik: Tekanan dari figur seperti Trump, yang pro-crypto, menempatkan Powell dalam posisi sulit. 

Penolakannya terhadap Strategic Bitcoin Reserve menunjukkan komitmennya pada mandat Fed, tetapi juga menyoroti ketegangan antara kebijakan moneter tradisional dan dorongan baru untuk mengadopsi crypto sebagai aset strategis.

Efek Pasar: Dampak Powell terhadap pasar crypto sering kali berlebihan di awal, tetapi pasar crypto menunjukkan ketahanan yang meningkat seiring waktu, sebagaimana terlihat pada 2022 ketika altcoin tidak terkena dampak sebesar Bitcoin setelah pidato hawkish.

Sumber Informasi

  • Federal Reserve Official Website: Biografi resmi Powell dan pidato-pidatonya tersedia di www.federalreserve.gov.
  • Bipartisan Policy Center: Informasi tentang peran Powell sebagai visiting scholar, diakses melalui arsip BPC.
  • Reuters dan Bloomberg: Laporan tentang kebijakan Fed di bawah Powell, termasuk pidato pada Februari 2025 dan data inflasi (misalnya, Mei 2024).
  • The Wall Street Journal: Artikel tentang karier Powell di Carlyle Group dan Departemen Keuangan AS.
  • Georgetown University: Arsip tentang pendidikan Powell dan perannya sebagai editor Georgetown Law Journal.
  • Wikipedia: Biografi Powell dan dampak kebijakannya pada pasar crypto.
  • Reuters: Pernyataan Powell tentang Bitcoin dan Strategic Bitcoin Reserve.

  • Reuters: Pandangan Powell tentang CBDC dan stablecoin.
  • Federal Reserve: Pidato Powell tentang inovasi pembayaran dan CBDC.
  • CoinDesk: Testimoni Powell di Senat tentang regulasi crypto.
  • Yahoo Finance: Komentar Powell tentang kepemilikan Bitcoin oleh Fed.

caritau.info
caritau.info Caritau.info memberikan informasi seputar dunia cryptocurrency dan pasar forex yang diambil dari berbagai sumber media yang kredibel dari dalam dan luar negeri